Sabtu, 22 Oktober 2011

Asal Usul Manusia


“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29)
Muqadimah
Diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan Meghanthropus.
Di lain puhak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Yang menjadi pertanyaan adalah termasuk dalam golongan manakah Adam ? Apakah golongan fosil yang ditemukan tadi atau golongan yang lain ? Lalu bagaimanakah keterkaitannya ?
Asal Usul Manusia menurut Islam
Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.
“Kitab (Al Qur’an) in tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…..” (QS. Al Baqarah (2) : 2-3)
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil hati menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal usul manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dsb. Jadi sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.
Tahapan kejadian manusia :
a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah”. (HR. Bukhari)
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak…” (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
“Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
“Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : “Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu”. Selain iti beliau juga mengatakan, “Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya.”
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)…” (QS. Az Zumar (39) : 6).
Khatimah
Dari uraian diatas jelas tampak bahwa pernyataan dalam surat Al Baqarah ayat 2 -3 tersebut diatas benar adanya dalam hal ini dapat dibuktikan secara ilmiah terutama dalam kaitannya dengan asal-usul kejadian manusia.
“Sesungguhnya manusia itu (berasal) dari Adam. Dan Adam itu (diciptakan) dari tanah” (HR. Bukhari)
Pada edisi yang lalu telah diuraikan tentang proses kejadian manusia pertama (Adam), manusia kedua (Siti Hawa), dan proses kejadian manusia keturunan Adam dan Hawa selain Nabi Isa a.s.
Lalu bagaimanakah proses kejadian Nabi Isa a.s ? Dan bagaimana pula keterkaitan informasi dari Al Qur’an dengan bukti-bukti ilmiah tentang asal-usul manusia dan sanggahan adanya teori evolusi yang dikemukakan oleh Darwin ?
Proses kejadian Nabi Isa a.s
Seperti telah kita ketahui bersama, nabi Isa a.s diciptakan oleh Allah dengan proses yang agak berbeda dengan kejadian manusia biasa. Penciptaan nabi Isa ini tidak melalui pembauran antara sel telur (ovum) dengan sel sperma, namun proses kehidupan embriyonya di dalam rahim berjalan normal seperti biasa, yaitu kelahiran nabi Isa a.s dari seorang wanita yang bernama Siti Maryam. Proses kejadian Nabi Isa a.s ini secara lengkap dijelaskan oleh Allah di dalam Surat Maryam (19) ayat 16 s/d 40.
Di dalam Al Qur’an Allah berfirman :
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya : ‘Jadilah’ (seorang manusia) maka jadilah dia” (QS. Al Imran (3) : 59)
Ayat ini memberi gambaran kepada manusia bahwa Allah Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu baik yang dapat diterima oleh akal maupun tidak akibat dari keterbatasan akal manusia. Hal ini juga dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Jibril berkata : ‘Demikianlah’. Tuhanmu berfirman : ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai ramat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan” (QS. Maryam (19) : 21)
Asal Usul manusia menurut teori evolusi dan sanggahannya
Teori evolusi ini dipelopori oleh seorang ahli zoologi bernama Charles Robert Darwin (1809-1882). Dalam teorinya ia mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia. Menurutnya manusia sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti halnya tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu ajaran(pengertian) bahwa manusia yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna.
Tetapi dalam hal ini Darwin sendiri kebingungan karena ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Walaupun pernyataan Darwin dalam bukunya yang berjudul “The Origin of Species” dapat dikatakan sukses besar karena membahas masalah yang menyangkut asal usul manusia, namun hal ini hanyalah bersifat dugaan belaka.
Hal ini diantaranya merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh Darwin. Tidak ada titik temu antara teori yang ada dengan kenyataan. Sebagai contoh, para ahli zoologi sangat akrab dengan suatu species yang bernama panchronic yang tetap sama sepanjang masa. Juga ganggang biru yang diperkirakan telah ada lebih dari satu milyar tahun namun hingga sekarang tetap sama. Yang lebih jelas lagi adalah hewan sejenis biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada.
Di dalam teorinya Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari perkembangan makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Makhluk yang tertua yang ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus yang diperkirakan umurnya antara 350.000 – 1.000.000 tahun dengan ukuran otak sekitar 450 – 1450 cm3. Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengaruhnya bagi kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai volume otak rata-rata 450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang mempunyai volume otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu antara 400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi anehnya perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang  100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini±ini selama  tidak mengemukakan alasannya.
Jadi secara jujur dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.

Jumat, 21 Oktober 2011

JANJI PELAJAR MUHAMMADIYAH


Kami Pelajar Muhammadiyah Berjanji :
1.         Berjuang Menegakan Ajaran Islam
2.         Hormat dan patuh terhadap orang tua dan Guru
3.         Bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
4.         Bekerja keras, mandiri dan berprestasi
5.         Rela berkorban menolong sesama
6.         Siap menjadi kader Muhammadiyah dan Bangsa

Rabu, 19 Oktober 2011

Lima Ciri Pengembangan Muhammadiyah

Lima Ciri Pengembangan Muhammadiyah
Tahukah para Pimpinan Muhammadiyah tentang arahgerakan Islam ini kedepan? Hasil Muktamar MuhammadiyahSatu Abad tahun 2010 di Yogyakarta menetapkan tujuanjangka panjang tahun 2025, ialah “Menjadikan Muhammadiyahsebagai gerakan Islam yang utama, serta terciptanya kondisi danfaktor-faktor pendukung bagi terwujudnya masyarakat Islam yangsebenar-benarnya”. Adapun dalam lima tahun ke depan yangingin dicapai Muhammadiyah ialah tiga kondisi. Pertama, berkembangnyaorganisasi dan jaringan untuk menjadi gerakan Islamyang maju, profesional, dan modern. Kedua, berkembangnyasistem gerakan dan amal usaha yang unggul dan mandiri bagiterciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakatIslam yang sebenar-benarnya. Ketiga, berkembangnyaperan strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa,dan dinamika global.Dalam mencapai sasaran dan tujuan itu, Muhammadiyahmenetapkan lima ciri pengembangan sebagai indikator yang menandakanadanya kemajuan dan keberhasilan dalam gerakanIslam ini. Dari Pusat hingga Ranting, termasuk di lingkungan organisasi otonom dan amal usaha Muhammadiyah, harus terdapat lima ciri pengembangan itu. Adapun kelima ciri tersebut ialah sistem gerakan, organisasi dan kepemimpinan, jaringan, sumberdaya, serta aksi dan pelayanan. Sistem gerakan, yakni hal yang berkaitan dengan aspek-aspek nilai dan konsep, yang berkaitan dengan hal-hal mendasar dalam gerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam reformis atau modernis terbesar di dunia Islam, semestinya semakin memperkaya diri dengan aspek-aspek yang bersifat mendasar yang menjadi ruh, bingkai, dan perspektif dalam gerakannya. Di sinilah pentingnya revitalisasi sistem gerakan Muhammadiyah sebagai fondasi yang menyangkut idealisme. Adapun ciri dari sistem gerakan yang diharapkan, pertama, menguatnya sistem gerakan Muhammadiyah yang maju, profesional, dan modern. Kedua, meningkatnya sistem gerakan Muhammadiyah yang dilandasi keikhlasan dan komitmen dari seluruh anggotanya. Ketiga, menguatnya pemahaman ideologi dan visi gerakan Muhammadiyah. Maju, Profesional, dan Modern Muhammadiyah sebagai gerakan Islam reformis atau tajdid haruslah terus tampil maju, profesional, dan modern secara konsisten (istiqamah) dalam seluruh orientasi dan langkah usahanya. Ciri gerakan yang maju antara lain ditandai oleh terdapatnya perkembangan-perkembangan yang lebih unggul dalam spirit, pemikiran, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, dan amalamal atau langkah-langkah gerakan Muhammadiyah. Termasuk dalam pengelolaan amal usaha di seluruh bidang (pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya). Di samping program-program dan kegiatankegiatan dakwah secara keseluruhan. Intinya, Muhammadiyah dalam segala lapangan atau bidang gerakannya harus lebih unggul ketimbang gerakan-gerakan keagamaan dan kemasyarakatan lainnya, termasuk lebih unggul dari gerakan Kristen dan Katolik yang dikenal maju. Ciri lain, yakni profesional. Pofesional itu merupakan kapasitas dan cara mengelola sesuatu sejalan berdasarkan keahlian. Dalam hal ini dikembangkan penghargaan atas kemampuan dan prestasi, di samping tanggung jawab. Muhammadiyah, termasuk amal usaha dan seluruh kegiatannya, harus dikelola secara baik dan ahli, sehingga mencapai kemajuan. Termasuk dalam tatakelola organisasi dan keuangan. Profesional itu selain berbasis keahlian juga tanggung jawab. Profesionalitas harus dipadukan dengan keikhlasan dan tanggung jawab, sehingga melahirkan pengelolaan yang optimal dalam Muhammadiyah. Lawan dari profesional ialah amatiran alias asal-asalan, minimal, dan tidak disertai tanggung jawab yang tinggi.Adapun ciri modern dari gerakan Muhammadiyah harus ditandai dalam hal sikap, pemikiran, dan cara-cara mengelola gerakan. Modern itu bersifat kekinian dan kedisinian, artinya sejalan dengan prinsip-prinsip rasional, efektif, efisien, produktif, dan memenuhi tuntutan zaman sesuai dengan misi gerakan. Muhammadiyah di mata masyarakat umum bahkan dikenal dengan ciri modern ini, sehingga disebut sebagai organisasi Islam modernis. Muhammadiyah dalam mengelola gerakannya tidak secara perseorangan, melainkan dengan prinsip dan tatakelola organisasi yang melembaga. Lawan modern ialah tradisional, yang melambangkan sikap, pola pikir, dan tindakan yang sekadar mengikuti kebiasaan, bersifat serba personal, dan tidak positif dalam memandang kemajuan.Berbasis Keikhlasan dan Komitmen Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang besar dan mampu bertahan hingga satu abad karena modal ruhaniah atau spiritual yang bernama keikhlasan dan komitmen perjuangan para pelakunya, selain jiwa dan pemikiran tajdid. Kiai Dahlan dan generasi Muhammadiyah sesudahnya memberi banyak teladan bagaimana menjadi penggerak yang ikhlas dan penuh komitmen tinggi dalam memperjuangkan Muhammadiyah untuk kejayaan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal. Kiai Dahlan banyak mengeluarkan petuah yang mengandung filosofi gerakan yang utama. Hiduphidupkanlah Muhammadiyah dan jangan mencari kehidupan dalam Muhammadiyah, termasuk ujaran klasik dari pendiri Muhammadiyah. Filosofi Kiai Dahlan tersebut jangan diartikan secara verbal dan harfiah. Spirit yang terkandung ialah, bagaimana agar dalam menggerakkan Muhammadiyah di bidang apa pun dengan jiwa keikhlasan dan pengkhidmatan yang tinggi. Artinya semata-mata beribadah dan menjalankan fungsi kekhalifahan untuk meraih ridla dan karunia Allah. Spirit keikhlasan dan pengkhidmatan tidak harus dipertentangkan dengan profesionalitas, karena keduanya dapat saling mendukung. Profesionalitas yang tinggi disertai keikhlasan yang kuat akan melahirkan proses dan hasil amal yang luar biasa. Dengan pemahaman bahwa profesionalitas itu bukan bermakna sempit, “Ada jasa ada uang dan setiap gerak harus diberi uang”. Profesionalitas itu juga memerlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi, disertai pemahaman bahwa ada yang dibayar di dunia secara wajar dan proporsional (ujrah), tetapi ada pula yang dibaya dalam bentuk pahala dari Tuhan (ajran hasanah), sehingga terjadi kesatuan yang utuh layaknya orientasi hidup setiap Muslim.Bagi mereka yang bekerja di amal usaha dan memperoleh kompensasi (upah, pahala dunia) dari pekerjaan yang dilakukannya, maka tidak bertentangan dengan filosofi atau ujaran Kiai Dahlan itu, asalkan tetap dalam takaran yang wajar, tidak sematamata cari maisah, dan tetap terbuka untuk beramal di luar hitunghitungan yang serba upah. Jangan sampai terjadi ektremitas. Ekstrem yang satu serba mengejar kompensasi duniawi seperti uang atau materi tanpa mau berkiprah dalam perjuangan Muhammadiyah yang tidak harus dibayar materi. Sementara ekstrem yang lain serba mengejar pahala akhirat tetapi melupakan dunia, sehingga bersifat mendlalimi diri sendiri. Di sinilah prinsip keseimbangan atau tawazun dari sikap orang Muhammadiyah sebagai wujud dari pandangan Islam yang mewajibkan umatnya untuk hidup selamat di dunia dan akhirat. Ujaran Kiai Dahlan itu harus diletakkan dalam prinsip keseimbangan itu. Ideologi dan Visi Gerakan Muhammadiyah tumbuh dan berkembang karena kekokohan ideologi gerakannya, yakni keyakinan dan cita-cita hidup yang berbasis pada ajaran Islam dan mentransformasikan dalam perjuangan organisasi secara tersistem dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Islam merupakan basis dari ideologi Muhammadiyah, yakni Islam yang berkemajuan, yang memandang kehidupan secara proaktif untuk meraih kebahagiaan hidup umat manusia di dunia dan akhirat, serta diperjuangkan secara kolektif dan tersistem. Ideologi Muhammadiyah berbasis pada Islam yang bersifat dakwah dan tajdid, sehingga melahirkan ideologi reformis. Itulah yang menjadi ruh, komitmen, dan orientasi anggota dalam menggerakkan Muhammadiyah. Bagi Muhammadiyah Islam merupakan fondasi (asas, dasar) sekaligus world-view (pandangan dunia) atau way of life (pedoman kehidupan), sehingga merupakan Minhaj al-Hayat (sistem kehidupan) yang membentuk keyakinan, alam pikiran, kepribadian, dan pola tingkah laku atau tindakan dalam kehidupan anggota Muhammadiyah. Islam yang menjadi asas dan orientasi gerakan Muhammadiyah diyakini sebagai Wahyu Allah yang membawa risalah yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/maqbulah dengan mengembangkan akal pikiran yang sesuai ajaran Islam (ijtihad). Islam yang mencakup seluruh bidang kehidupan (akidah, ibadah, akhlak, dan muamalat-duniawiyah), yang harus disebarluaskan dan diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat luas untuk untuk kebahagiaan hidup umat manusia di dunia dan akhirat. Karena itu, aktif dan menjadi pelaku dalam gerakan Muhammadiyah pada dasarnya dan sejatinya merupakan aktualisasi dari mengemban misi risalah Islam yang bersifat mencerahkan untuk rahmatan lil-‘alamin.

Selasa, 18 Oktober 2011

KODE ETIK GURU INDONESIA


Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa Pendidikan adalah merupakan suatu bidang Pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya dan Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang –Undang Dasar 1945. Merasa turut bertanggung jawab terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Maka Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai Guru dengan mempedomani dasar –dasar sebagai berikut :
1.             Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangun yang berjiwa Pancasila.
2.             Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing –masing.
3.             Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4.             Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik –baiknya bagi kepentingan anak didik.
5.             Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan .
6.             Guru secara sendiri – sendiri dan atau bersama – sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya.
7.             Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan.
8.             Guru bersama –sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengapdiannya.
9.             Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

Kamis, 13 Oktober 2011

TERWUJUDNYA MANUSIA YANG BERAKH



TUJUAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
Ø TERWUJUDNYA MANUSIA YANG BERAKHLAK MULIA, CAKAP PERCAYA DIRI DAN BERGUNA BAGI MASYARAKAT DAN NEGARA, BERAMAL MENUJU TERWUJUDNYA MASYARAKAT ISLAM SEBENAR-BENARNYA.
Ø MEMAJUKAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN UNTUK PEMBANGUNAN MASYARAKAT DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945.
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
PENDIDIKAN NASIONAL BERTUJUAN :
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA DAN MENGEMBANGKAN MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA, YAITU MANUSIA YANG BERIMAN, DAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA DAN BERBUDI LUHUR MEMILIKI PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN, KESEHATAN JASMANI DAN ROHANI BERKEPRIBADIAN YANG MANTAP DAN MANDIRI SERTA RASA TANGGUNG JAWAB KEMASYARAKATAN DAN KEBANGSAAN (PASAL 4 UU NO 2 TAHUN 1989)
TUJUAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH
TUJUAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH ADALAH UNTUK MENUNJANG TERCAPAINYA TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN DIJABARKAN KE DALAM TUJUAN UMUM SEBAGAI BERIKUT :
Ø MENDIDIK MURID UNTUK MENJADI MANUSIA YANG BERTAQWA, BERAKHLAK MULIA, SEBAGAI MUSLIM YANG MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN AJARAN AGAMA ISLAM.
Ø MENDIDIK MURID UNTUK MENJADI MANUSIA PEMBANGUNAN YANG BERPEDOMAN KEPADA PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945.
Ø MEMBERI BEKAL PENGETAHUAN, PENGALAMAN, KETRAMPILAN DAN SIKAP YANG DIPERLUKAN UNTUK MELANJUTKAN KE JENJANG PENDIDIKAN YANG SETINGKAT LEBIH TINGGI BAIK DI MADRASAH TSANAWIYAH / SEKOLAH MENENGAH PERTAMA / SEDERAJAT.
Ø MEMBERI BELAK KEMAMPUAN DASAR YANG DIPERLUKAN BAGI MURID YANG AKAN MEMASUKI BIDANG KEHIDUPAN DI MASYARAKAT AGAR KELAK MENJADI MANUSIA YANG BERGUNA BAGI MASYARAKAT DAN AGAMA